URGENSI
MEDIA ALAMIAH DALAM MENDUKUNG PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan
Guru kita sering mendapat kesukaran dalam melaksanakan
tugasnya karena langkanya sumber atau bahan yang dapat digunakan dalam poses
belajar-mengajar. Buku tidak cukup, alat bantu atau alat peraga sangat kurang,
dan lainnya pun tidak cukup. Namun, apakah sekolah akan kita biarkan terus
dengan segala kekurangannya?
Sering terjadi seorang guru tidak kreatif dalam menggunakan metode pengajaran. Mereka sudah cukup puas dengan metode konvensional sehingga kurang memotivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Mereka mengandalkan metode ceramah yang sangat membosankan sehingga tidak terjadi proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan di dalam kelas.
Akibat dari semua itu sering terjadi seorang siswa mengalami kejenuhan di dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas, dimana banyak peserta didik yang merasa sekolah ibarat penjara, sekolah tidak bisa menimbulkan semangat belajar. Bahkan lebih parah, banyak peserta didik yang paling suka bila sang guru absen, tanpa merasa kehilangan sesuatu. Boleh jadi, fenomena tersebut disebabkan selama ini peserta didik hanya diposisikan sebagai objek atau robot yang harus dijejali beragam materi sehingga membuat peserta didik tidak betah di kelas. Sedangkan, pengajaran yang baik yaitu ketika para peserta didik bukan hanya sebagai objek tapi juga subyek. Jadi siswa akan menjadi aktif tidak pasif sehingga peserta didik akan merasa betah dalam mengikuti proses belajar mengajar dan paham terhadap penjelasan guru. Untuk mengejawantahkan hal ini dibutuhkan kejelian dan kreatifitas guru dengan cara mendisain model pembelajaran sehingga peserta didik merasa enjoy dan pas atas sajian yang disampaikan oleh guru tanpa merasa bosan dan terkekang.
Sering terjadi seorang guru tidak kreatif dalam menggunakan metode pengajaran. Mereka sudah cukup puas dengan metode konvensional sehingga kurang memotivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Mereka mengandalkan metode ceramah yang sangat membosankan sehingga tidak terjadi proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan di dalam kelas.
Akibat dari semua itu sering terjadi seorang siswa mengalami kejenuhan di dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas, dimana banyak peserta didik yang merasa sekolah ibarat penjara, sekolah tidak bisa menimbulkan semangat belajar. Bahkan lebih parah, banyak peserta didik yang paling suka bila sang guru absen, tanpa merasa kehilangan sesuatu. Boleh jadi, fenomena tersebut disebabkan selama ini peserta didik hanya diposisikan sebagai objek atau robot yang harus dijejali beragam materi sehingga membuat peserta didik tidak betah di kelas. Sedangkan, pengajaran yang baik yaitu ketika para peserta didik bukan hanya sebagai objek tapi juga subyek. Jadi siswa akan menjadi aktif tidak pasif sehingga peserta didik akan merasa betah dalam mengikuti proses belajar mengajar dan paham terhadap penjelasan guru. Untuk mengejawantahkan hal ini dibutuhkan kejelian dan kreatifitas guru dengan cara mendisain model pembelajaran sehingga peserta didik merasa enjoy dan pas atas sajian yang disampaikan oleh guru tanpa merasa bosan dan terkekang.
Salah satu cara untuk meningkatkan belajar siswa adalah
dengan memanfaatkan media pembelajaran. Dengan memanfaatkan media tersebut
proses belajar mengajar di kelas menjadi menarik dan menyenangkan, berbeda
dengan pendekatan konvensional yang hanya mengadalkan ceramah.
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada manusia. Istilah media ini sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Media Pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkrit. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam balajar.
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada manusia. Istilah media ini sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Media Pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkrit. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam balajar.
2. Klasifikasi media pembelajaran.
Media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan
pemakaian dan karakteristik jenis mediaTerdapat lima model klasifikasi yaitu
menurut: (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3) Allen, (4) Gerlach dan Ely, dan
(5)Ibrahim
Menurut Schramm, media digolongkan menjadi media
rumit, mahal, dan media
sederhana.
Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya liputan,
yaitu
(1) liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan facsimile; (2) liputan
terbatas
pada
ruangan, seperti film, video, slide, poster audio tape; (3) media untuk belajar
individual,
seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dan telpon.
Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok,
yaitu benda untuk
didemonstrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film
bersuara,
dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan
dengan
kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan,
yaitu
pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh prilaku belajar,
memberi
kondisi
eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan
pemberi
umpan balik.
Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yaitu:
visual diam, film,
televisi,
obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks
cetak,
dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara
jenis
media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat
bahwa,
media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah
untuk
tujuan belajar yang lain. Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain:
info faktual, pengenalan visual,
prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan, dan sikap.
Setiap jenis media tersebut memiliki
perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan
belajar; ada tinggi, sedang, dan rendah.
Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan
ciri-ciri fisiknya
atas
delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis,
gambar
diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi.
Menurut
Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks
tidaknya
alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua
dimensi;
media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi; televisi,
video,
komputer.
Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran
tersebut, akan
mempermudah
para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media yang
tepat
pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan
media
yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik
pebelajar,
akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran
3. Sumber Belajar yang Terlupakan
Sebenarnya
kita sering melupakan sumber belajar-mengajar yang dapat di lingkungan kita,
baik disekitar sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. betapapun kecil atau
terpencil, suatu sekolah, sekurang-kurangnya mempunyai empat jenis sumber
belajar yang sangat kaya dan bermanfaat, yaitu :
- Masyarakat desa atau kota di
sekililing sekolah.
- Lingkungan fisik di sekitar
sekolah.
- Bahan sisa yang tidak terpakai
dan barang bekas yang terbilang yang dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan, namun kalau kita olah dapat bermanfaat sebagai sumber dan alat
bantu belajar-mengajar.
- Peristiwa alam dan peristiwa
yang terjadi di masyarakat cukup menarik perhatian siswa. Ada peristiwa
yang mungkin tidak dapat dipastikan akan berulang kembali. Jangan lewatkan
peristiwa itu tanpa ada catatan pada buku atau alam pikiran siswa.
4. Akrabkan Siswa dengan Lingkungan
Siswa
masuk ke sekolah membawa pengalaman sendiri-sendiri. Mereka mengenal binatang,
bahkan mungkin memeliharanya. Siswa mengenal tumbuh-tumbuhan, bahkan sering
menggunakannya sebagai alat dalam bermain. Tiap hari mereka melihat orang
berbelanja di warung, bahkan mareka sendiri sering melakukannya. Selain itu,
mungkin siswa pernah merasakan betapa hebatnya letusan gunung sehingga bumi
bergoyang dan abu bertebaran di mana-mana.
Kegiatan dan peristiwa ini hanya sebagian kecil saja dari pada yang mereka alami setiap hari. Tetapi apakah mereka akrab dengan lingkungannya? Belum tentu akrab. Untuk mengakrabkan mereka dengan lingkunganya perlu ada usaha agar mereka asyik dengan lingkungan. Usaha ini dapat ditempuh melalui proses belajar-mengajar, baik di dalam kelas maupun di alam sekitar. Jadikanlah lingkungan sebagai sumber belajar.
Konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir, dan bagaimana menyelidiki. Berdasarkan pengertian ini, guru berada di tengah antara siswa dan sumber belajar. Guru berperan sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif dan kreatif. Guru memberi dorongan agar siswa berbuat banyak dan berbuat secara kreatif. Dalam hal ini guru berperan sebagai motivator.
Guru tidak hanya berusaha mengadakan sumber belajar seperti buku dan membawa siswa ke sumber belajar seperti lingkungan tumbuh-tumbuhan dan lingkungan hewan di sekitarnya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai pemberi jalan atau fasilitator.
Guru berusaha agar siswa akrab dengan lingkungannya dan menggunakannya sebagai sumber belajar. Usaha ini tampaknya dapat melaporkan guru dan siswa, namun membawa makna pembaharuan dalam proses belajar-mengajar. Kita harapkan usaha pertama ini merupakan awal tinggal landas untuk mencapai caara belajar siswa aktif.
Kegiatan-kegiatan sebagai langkah awal untuk mengakrabkan siswa dengan lingkungan sekitar adalah sebagai berikut :
Kegiatan dan peristiwa ini hanya sebagian kecil saja dari pada yang mereka alami setiap hari. Tetapi apakah mereka akrab dengan lingkungannya? Belum tentu akrab. Untuk mengakrabkan mereka dengan lingkunganya perlu ada usaha agar mereka asyik dengan lingkungan. Usaha ini dapat ditempuh melalui proses belajar-mengajar, baik di dalam kelas maupun di alam sekitar. Jadikanlah lingkungan sebagai sumber belajar.
Konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir, dan bagaimana menyelidiki. Berdasarkan pengertian ini, guru berada di tengah antara siswa dan sumber belajar. Guru berperan sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif dan kreatif. Guru memberi dorongan agar siswa berbuat banyak dan berbuat secara kreatif. Dalam hal ini guru berperan sebagai motivator.
Guru tidak hanya berusaha mengadakan sumber belajar seperti buku dan membawa siswa ke sumber belajar seperti lingkungan tumbuh-tumbuhan dan lingkungan hewan di sekitarnya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai pemberi jalan atau fasilitator.
Guru berusaha agar siswa akrab dengan lingkungannya dan menggunakannya sebagai sumber belajar. Usaha ini tampaknya dapat melaporkan guru dan siswa, namun membawa makna pembaharuan dalam proses belajar-mengajar. Kita harapkan usaha pertama ini merupakan awal tinggal landas untuk mencapai caara belajar siswa aktif.
Kegiatan-kegiatan sebagai langkah awal untuk mengakrabkan siswa dengan lingkungan sekitar adalah sebagai berikut :
- Halaman sekolah ditanami dengan
tumbuh-tumbuhan. Para siswa hendaknya menempelkan label nama setiap
tumbuhan pada sebilah papan bertingkat yang ditanamkan berdekatan dengan
tanaman lain-lain.
- Kalau mungkin, siswa diminta
membawa tumbuh-tumbuhan atau hewan tertentu ke dalam kelas dan dipelihara
dengan baik. Akan terasalah kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
- Siswa dapat diarahkan untuk
mengusahakan koleksi rumput-rumputan dan daun-daunan (herbarium), koleksi
serangga (insektarium), dan koleksi ikan tawar (akuarium), yang dapat
digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar.
- Siswa hendaknya diarahkan untuk
membuat koleksi batu-batuan dan kerang-kerangan yang berbeda bentuk dan
jenisnya. Koleksi benda-benda itu disimpan di atas meja pada salah satu
sudut kelas sebagai sumber dan alat belajar. Siswa akan merasa bangga
berbuat seperti itu. Kelas seolah-olah menjadi museum keecil, yang besar
artinya bagi proses belajar-mengajar. Selanjutnya, diharapkan guru mampu
mengembangkan apa yang ada dalam kelas sebagai sumber dan alat
belajar. Pajangan dalam kelas ini bukanlah sebagai hiasan
semata-mata. Guru dapat membuat variasi yang lain.
5. Pemanfaatan Lingkungan sebagai sumber belajar
Peran
guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan harus mampu memberikan
kemudahan kepada peserta didik untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat
dalam lingkungannya. Seperti kita ketahui bahwa peserta didik memiliki
rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu serta
memliki sikap berpetualang serta minat yang kuat untuk mengobservasi
lingkungan. Ia memiliki sikap petualang yang kuat. Pengenalan terhadap
lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk mengmbangkan
minat keilmuan peserta didik.
a. Pengertian Lingkungan Sebagai Sumber
Belajar
Sebagai makhluk hidup, anak selain
berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah
makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain
adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara,
air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup
yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam
sistem tersebut.Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan
sebgai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian
yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan
lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area,
surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya
kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar
atau sekeliling.
Dalam literatur lain disebutkan
bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan
makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup
lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup),
abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
b. Nilai-Nilai Lingkungan sebagai
Sumber Belajar
Lingkungan yang ada di sekitar anak
merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian
proses dan hasil pendidikan yang berkualitas bagi peserta didik. Lingkungan
menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari peserta didik. Jumlah sumber
belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada
umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber
belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan peserta
didik karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas.
Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara
langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi
dengan lingkungan tersebut.
- Penggunaan
lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull
learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang
sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar
sebagai salah satu prinsip pendidikan anak usia dini.
- Penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan
nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.
Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai
ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah mereka dewasa kesadaran
tersebut bisa tetap terpelihara.
- Penggunaan
lingkungan dapat menarik bagi anak
Kegiatan belajar dimungkinkan akan
lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat
beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal
dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning
societes) dan sumber daya manusia di masa mendatang. Pemanfaatan lingkungan
menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning activities) yang lebih
meningkat.Penggunaan cara atau metode yang bervariasi ini merupakan tuntutan
dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendidikan.
Begitu banyaknya nilai dan manfaat
yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak
usia dini bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan.
Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru
untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Lingkungan merupakan sumber belajar
yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat
yang menyenangkan bagi anak-anak.
Jika pada saat belajar di kelas anak
diperkenalkan oleh guru mengenai binatang, dengan memanfaatkan lingkungan anak
akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan
lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya
dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan.
Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang
terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak
anak untuk memanfaatkan lingkungan.
Memanfaatkan lingkungan sekitar
dengan membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan
dalam kegiatan belajar. Artinya belajr tidak hanya terjadi di ruangan kelas
namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber
belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan
sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual.
Perkembangan Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam
merangsang pertumbuhan fisik anak, untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak
memiliki kesempatan yang alami untuk berlari-lari, melompat, berkejar-kejaran
dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya dengna cara-cara yang tidak terbatas.
Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik
anak.
Dengan pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber beajarnya, anak-anak menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja
dan merasakan bagaimana rasanya pada saat mereka memanjat pohon tertentu, berayun-ayun,
merangkak melalui sebuah terowongan atau berguling di dedaunan.
Perkembangan aspek keterampilan
sosial
Lingkungan secara alami mendorong
anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain bahkan dengan orang-orang
dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu yang ada di lingkungan
pasti dia ingin mencritakan hasil penemuannya dengan yang lain. Supaya
penemuannya diketahui oleh teman-temnannya anak tersebut mencoba mendekati anak
yang lain sehinga terjadilah proses interaksi/hubungan yang harmonis.
Anak-anak dapat membangun
kterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-temannya
untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka
memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti
ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.
Perkembangan aspek emosi
Lingkungan pada umumnya memberikan
tantangan untuk dilalui oleh anak-anak. Pemanfaatannya akan memungkinkan anak
untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Misalnya bila anak diajak
ke sebuah taman yang terdapat beberapa pohon yang memungkinkan untuk mereka
panjat. Dengan memanjat pohon tersebut anak mengembangkan aspek keberaniannya
sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya.
Rasa percaya diri yang dimiliki oleh
anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain dikembangkan melalui pengalaman
hidup yang nyata. Lingkungan sendiri menyediakan fasilitas bagi anak untuk
mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.
Perkembangan intelektual
Anak-anak belajar melalui interaksi
langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru
kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk
dan ukuran.
Memanfaatkan lingkungan pada
dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna
yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata
apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang
ada pada lingkungan sekitar.
Demikian beberapa hal yang berkaitan
dengan dampak pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek perkembangan anak.
Namun guru juga harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam
mengembangkan pembelajaran anak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajarnya. Adapun sumber belajar itu antara lain :
- Mengamati
apa yang menarik bagi anak
Biasanya anak serius jika menemukan
sesuatu yang sangat menarik baginya. Bila guru melihat hal ini berilah
bimbingan kepada anak dengan cara menayakan apa yang sedang diamatinya.
Manfaat yang bisa diambil dari
kegiatan ini adalah anak dapat mengmbangkan kemampuan intelektualnya dengan
mengetahui berbagai benda yang diamatinya. Selain itu juga anak akan dapat
mengembangkan ketrampilan sosialnya yaitu dengan mengembangkan kemampuannya
dengan berinteraksi dengan orang dewasa dalam hal ini guru.
Upaya guru dengan mengamati apa yang
menarik bagi anak juga akan dapat mengembangkan emosi anak misalnya pada saat
anak mengungkapkan hal-hal yang menarik baginya, dia menunjukkan ekspresi yang
serius dan pandangan mata yang tajam. Kemampuan berbahsa anak juga akan semakin
meningkat jika guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya
mengungkapkan berbahasa anak, kosa katanya akan berkembang.
- Perhatikan
dan gunakan saat yang tepat untuk mengajar
Memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar sebenarnya memberikan berbagai alternatif pendekatan dalam
membelajarkan anak. Hal tersebut disebabkan alternatif dan pilihan sumber
belajarnya sangat banyak. Dengan memanfaatkan lingkungan kegiatan belajar akan
lebih berpusat pada anak.
- Tanyalah
anak dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
Memberikan pertanyaan kepada
anak-anak mendorong mereka untuk menjelaskan mengenai berbagai hal yang mereka
alami dan mereka lihat.
Pertanyaan yang bersifat terbuka
akan memacu anak untuk mengungkap berbagai hal yang diamatinya secara bebas
sesuai dengan kemampuan berbahasanya.
- Gunakan
kosa kata yang beragam untuk menjelaskan hal-hal baru
Anak-anak terkadang mengalami
kekurangan perbendaharaan kata untuk menjelaskan apa yang mereka lihat.
Keterbatasan kosa kata yang terjadi pada anak harus dibantu oleh guru sehingga
tahap demi tahap kemampuan berbahasa dan perbendaharaan kosa katanya akan
semakin meningkat.
- Cobalah
berskap lebih ingin tahu
Guru-guru tidak selamanya mengetahui
jawaban-jawaban atas pertanyaan anak-anak. Guru yang mengetahui berbagai hal
akan menumbuhkan keperecayaan anak kepadanya. Anak merasa memiliki orang yang
dapat dijadikannya tempat bertanya mengenai hal-hal yang tidak dapat mereka
pecahkan. Anak akan memiliki keyakinan yang tinggi kepada guru yang mau
membantunya dalam segala hal. Sebaliknya jika guru tidak mengetahui banyak hal
akan menimbulkan ketidakyakinan kepadanya karena setiap mereka menanyakn
sesuatu anak tidak mendapatkan jawaban yang jelas dan memuaskan.
c. Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai
Sumber Belajar
Pada dasarnya semua jenis lingkungan
yang ada di sekitar anak dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan
pendidikan untuk anak usia dini sepanjang relevan dengan komptensi dasar dan
hasil belajar yang bisa berupa lingkungan alam atau lingkungan fisik,
lingkungan sosial dan lingkungan budaya atau buatan.
1. Lingkungan alam
Lingkungan alam atau lingkungan
fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam
(air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-tumbuhan dan hewan (flora dan fauna),
sungai, iklim, suhu, dan sebagainya.
Lingkungan alam sifatnya relatif
menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari
oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya, anak dapat mengamati perubahan-perubahan
yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses
terjadinya.
Dengan mempelajari lingkungan alam
ini diharapkan anak akan lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam
kehidupannya sehari-hari, lebih dari itu diharapkan juga dapat menumbuhkan
kesadaran sejak awal untuk mencintai alam, dan mungkin juga anak bisa turut
berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam.
2. Lingkungan sosial
Selain lingkungan alam sebagaimana
telah diuraikan di atas jenis lingkungan lain yang kaya akan informasi bagi
anak usia dini yaitu lingkungan sosial.
Hal-hal yang bisa dipelajari oleh
anak usia dini dalam kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai
sumber belajar ini misalnya:
a.
mengenal adat istiadat dan kebiasaan
penduduk setempat di mana anak tinggal.
b. mengenal jenis-jenis mata
pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal dan sekolah.
c.
Mengenal organisasi-organisasi
sosial yang ada di masyarakat sekitar tempat tinggal dan sekolah.
d. Mengenal kehidupan beragama yang
dianut oleh penduduk sekitar tempat tinggal dan sekolah.
e.
Mengenal kebudayaan termasuk
kesenian yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolah.
f.
Mengenal struktur pemerntahan
setempat seperti RT, RW, desa atau kelurahan dan kecamatan.
Pemanfaatan lingkungan sosial
sebagai sumber belajar dalam kegiatan pendidikan untuk anak usia dini sebaiknya
dimulai dari lingkungan yang terkecil atau paling dekat dengan anak.
3. Lingkungan budaya
Di samping lingkungan budaya dan
lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan budaya
atau buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia
untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Anak dapat
mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya,
pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain
yang berkenan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada
umumnya.
Agar penggunaan lingkungan ini
efektif perlu disesuaikan dengan rencana kegiatan atau program yang ada. Dengan
begitu, maka lingkungan ini dapat memperkaya dan memperjelas bahan ajar yang
dipelajari dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar anak.
d. Belajar yang sebenarnya melalui
widya wisata.
Widya wisata adalah kegiatanbelajar
yang dilaksanakan melalui kunjungan ke suatu tempat di luar kelas sebagai
bagian integral dari seluruh kegiatan akademis dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh
dengan belajar melalui widya wisata adalah:
siswa memperoleh pengalaman langsung
sehingga proses belajar menjadi lebih
bermakna, membangkitkan minat siswa untuk
menyelidiki, melatih seni hidup bersama
dan tanggung jawab bersama,
menciptakan kepribadian yang komplit bagi guru dan
siswa, mengintegrasikan pengajaran
di kelas dengan kehidupan dunia nyata. Sedangkan
kelemahan-kelemahannya adalah: sulit
dalam pengaturan waktu, memerlukan biaya dantanggung jawab ekstra, obyek wisata
yang jarang memberikan peluang yang tepat dengan
tujuan belajar.
e.
Belajar benda sebenarnya melalui
specimen.
Terminologi benda
sebenarnyadigolongkan atas dua, yaitu obyek dan benda contoh (specimen). Obyek
adalah semua
benda yang masih dalam keadaan asli
dan alami. Sedangkan specimen adalah bendabenda
asli atau sebagian benda asli yang
digunakan sebagai contoh. Namun ada juga
benda asli tidak alami atau benda
asli buatan, yaitu jenis benda asli yang telah
dimodifikasi bentuknya oleh manusia.
Contoh-contoh specimen benda yang masih hidup
adalah: akuarium, terrarium, kebun
binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Contohcontohspecimen benda yang
sudah mati adalah: herbarium, teksidermi, awetan dalam
botol, awetan dalam cairan plastik.
Contoh-contoh specimen benda yang tak hidup
adalah: berbagai benda yang berasal
dari batuan dan mineral. Sekarang belajar melaluibenda sebenarnya jarang
dilakukan. Ada beberapa alasan orang tidak mempelajari benda
sebenarnya, yaitu: bendanya sudah
tidak ada lagi, kalaupun ada sangat sulit untuk dijangkau, terlelalu besar atau
terlalu kecil, sangat berbahaya untuk dipelajari langsung tidak boleh dilihat,
terlalu cepat atau terlalu lambat gerakannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar